Kapan KAmu Mulai Jatuh Cinta?



"Cinta pun Berubah Haluan"

Sumber:facebook
Part 1 disini 
Masih di tahun 1997. Anak perempuan yang sudah duduk di taman kanak-kanak selama satu tahun. Masuk sekolah usia 4 tahun, ia harus rela ditinggal teman-temannya masuk SD duluan. Untungnya adalah, usianya masih lima tahun. Meskipun mengulang, ia masih merasa senang bermain dan belajar di taman kanak-kanak bersama ibu guru yang sabar dan baik hati. Mungkin, akan berbeda jika sudah SD, SMP, atau SMA, jika harus mengulang, dia pasti akan sangat frustasi. Ya, itulah masa kanak-kanak. Masa yang mungkin banyak kenangan yang dilupakannya, tapi itu adalah masa-masa paling bahagia. Dimana kamu belum tumbuh dewasa dan tak banyak memikirkan hal apapun. Kamu hanya perlu bermain, bermain, dan bermain.

Saat itu adalah jam makan. Anak-anak mulai menyantap bekal makanan yang dibawanya dari rumah. Termasuk aku. Dulu, ibu sering memberikan bekal “Mie Presiden”. Sejenis mie instan yang dikemas dalam sebuah wadah sterofom dan cukup disiram air panas seperti “Pop Mie”. Kalau dulu, belum ada “Pop Mie”, yang paling tren, ya itu “Mie Presiden”, kalau sekarang sepertinya sudah tidak ada. Entahlah, dulu sepertinya masih belum sadar tentang bahaya mie maupun MSG dan sejenisnya, ibu guru tak pernah melarang anak-anak bekal mie dari rumah.

Tepatnya aku lupa karena apa aku menangis. Aku keluar kelas dan berjalan menuruni tangga. Dulu kelasku di lantai dua. Lantai satu dipergunakan untuk sekolah agama, TPQ kalau tidak salah namanya. Kelasnya dipergunakan siang hari.

Dengan tempat minum yang dikalungkan ke leher, air mata dan ingus yang saling berlomba bercucuran di wajah, aku tak hentinya menangis sambil memanggil-manggil ibu. Ibu guru memanggil dari belakang, tapi tidak ku gubris, aku hanya ingin bertemu ibu dan memeluknya.

Dan saat itulah aku bertemu dengan Ghisan, anak laki-laki beramput kriting, sedikit gemuk, dan berkulit putih. (Jangan kamu banyangakan ketika aku bertatap muka dengan Ghisan dengan iringan lagu romantis lalu dirusak dengan air mata dan ingus yang hampir menetes kemulut lalu menjilatnya dengan lidah, haha).

Ibu yang mendengar suaraku langsung memelukku dan entahlah aku lupa bagaimana saat itu. yang ku ingat adalah aku langsung mau diajak kelas lagi oleh ibu guru dan mulai menghabiska “Mie Presiden” ku.

Hari-hari ditaman kanak-kanak pun semakin menyenangkan karena ada Ghisan, teman yang berbeda kelas tapi sering mengajak main. Aku masih ingat, ibunya Ghisan sangat baik. Ibu sering mengobrol dengan ibunya Ghisan saat kita sedang bermain. Akupun pernah bermain ke rumahnya, bersama anak-anak lainnya juga.

Dengan Ghisan, perasaan seperti kepada Indra pun muncul. Perlahan, Indra mulai biasa-biasa saja dimataku. Bahkan, ketika Ghisan tertawa lalu mengelap ingus dengan tangannya pun kamu masih tersenyum manis kepadanya.
Ghisan adalah teman yang sangat ceria, sering tersenyum, dan dia sering ingusan. Dia yang paling kuingat. Si rambut kriting.

Entahlah, apa mungkin anak lima tahun sudah mulai dapat menyukai lawan jenisnya?

Yang jelas, perasaan “berdebar” itu memang aku rasakan. Apa kalian juga pernah mengalaminya?

Mungkin itu akan menggelikan atau memalukan. Dan ketika kalian mengingatnya, kalian akan berkata, “Benarkah aku dulu seperti itu? Sulit untuk dipercaya.” Tapi bagaimanapun, itu adalah kenangan yang paling manis, setidaknya untukku, itu adalah masa lalu yang sangat berharga. Ternyata masa kecilku sangat berwarna.


Komentar

Popular Posts