My Big Girl Name is Mamah




Hallo.. Apa kabar?

Siapa yang rindu saya? Ohh, maksudnya, rindu tulisan saya. Adakah? Hehe..

Tidak apa-apa kalau tidak ada.

Jadi, mau bercerita apa malam ini?

Tentang Mr. Right? Jangan! Dia masih samar. Entah siapa dan dimana.

Tentang pekerjaan? Jangan juga! Akan membosankan.

Bagaimana kalau tentang dia yang ku panggil ibu. Selalu ada cerita menarik tentangnya.

Tentang dia yang kupanggil ibu.

Yang semakin tua umurnya, yang semakin ingin dimengerti oleh aku yang ia panggil anaknya.

Bagaimana kau lupa. Dulu dengannya, kau banyak menghabiskan waktu. Bahkan sampai saat ini juga. Dan pasti itu takkan terlupa.

Dia yang sekarang mulai banyak bercerita, seperti kamu kecil dulu yang mulai memahami bahasa. Berulang dan berulang dan ingin selalu di dengar. Pernah dulu ku sela. “Kan sudah cerita itu, udah beberapa kali.” Dan raut sedih muncul dimukanya. “Jangan di denger kalau gak mau denger!” jawabnya. Kamu tahu? Dia marah hingga beberapa hari. Tapi percayalah, apa arti kemarahan dari seorang ibu, toh dia pasti akan menawarkanmu makan juga. Semarah-marahnya dia, tidak akan tega. 
Alhamdulillah, marahnya reda dan kuberi tahu kamu. Dia bercerita hal serupa lagi. Kudengar baik-baik dari pada nanti dia marah lagi.

Sepulang kerja, adalah waktunya ia banyak menghabiskan waktu denganku. Sebagai makhluk hawa yang membutuhkan pengeluaran kata lebih dari 15 ribu kata perhari (kalau tidak salah) aku harus jadi pendengar yang baik untuknya.

Cerita yang banyak dibahas minggu-minggu ini adalah mengenai terapi yang telah dilakuninya. Berawal dari ajakan tetangga sebelah ada tempat terapi, berangkatlah ia pagi-pagi sekali.

Senang rasanya melihat dia bersemangat dan sangat antusias.

“Itu teh punya orang korea,” ucapnya.

“Nih tahu gak, saranghamidah?”

“Ha nul sit?”

“Anyeong haseo?”

“Tuh, da suka nonton drama korea juga juga, gak tahu artinya kan?”

Beberapa kosakata korea ia pamerkan padaku, dan dengan rinci ia jelaskan satu persatu artinya.

Senang melihatnya seperti itu. Ibuku, semakin ia tua semakin ia mengingatkanku akan dulu aku kecil. Mungkin begitulah fasenya. Dimana kamu sekarang diminta Allah untuk merasakan bagaimana ibu menghadapimu waktu kecil, bagaimana ia menjagamu waktu kecil. Sekarang adalah giliranmu.

Nanti kusambung lagi 😄
Bye..

Komentar

Popular Posts