Kapan Berhenti Jalan di Tempat?

Ceritanya kemarin itu ada event pentas seni sekaligus pelepasan kelas B yang diselenggarakan di gedung teater Trans Studio Bandung. Singkat cerita acara selesai lalu dilanjutkan dengan agenda bermain, menikmati wahana yang ada di sana. Seruu ya hehe.
Ketika akan melaksanakan shalat ashar, teringat dengan jadwal ceramahnya ustad Hanan. Kebetulan sekali sekarang sedang berada di sini. Dapat mendengarkan ceramahnya barang 20 sampai 30 menit. Bukannya apa-apa, kalau sampai tuntas gak kebayang deh pulang ke rumah jam berapa. Itu juga yang menjadi salah satu alasan kenapa gak pernah bisa buat dengerin ustad Hanan ya karena jadwalnya yang malam terlebih lokasi rumah yang berada jauh di kabupaten. Kalau malam susah kendaraan. Resikonya belum punya kendaraan sendiri, kemana-mana di jemput mamang angkot hehe.
Saya memutuskan untuk pulang bada maghrib, shalat maghrib dulu di sini. Ketika akan menuju masjid Trans Studio, masyaallah penuh banget. Sampai-sampai panitia dari pemuda hijrah (komunitas penyelenggara) menyediakan tempat di luar masjid, itu pun sepertinya tidak akan cukup karena orang-orang masih terus banyak berdatangan. Saya jadi teringat dengan seorang ibu yang pernah bercerita ketika saya mengikuti kajian ustad Hanan. Kata beliau, beliau ini gak pernah ketinggalan dan gak boleh absen dengerin ustad Hanan. Ya sekarang saya dapat mengerti kenapa beiau begitu “ngefans” sama ustad Hanan.
Adzan berkumandang...beberapa saat lalu terdengar iqomat dan di situlah perasaan baper mulai melanda hehe..
Begitu banyak akhwat dan ikhwat...
Mereka rata-rata masih muda..
Bergegas menuju rumah Allah
Senyum menghiasi wajah mereka..
Siap melaksanakan shalat..
Saya kira mereka pasti orang-orang yang setia datang ke sini..
Mereka yang bergegas untuk berhijrah..
Tetiba ko hati saya jadi sesak ya..
Serasa ada ruang yang sangat sepi dalam hati..
Kenapa saya belum jadi seperti mereka. Yang begitu semangat untuk melajar ilmu agama.
Akhwat.. dengan khimar menutupi dada
Kaki yang tak dibiarkan terlihat oleh bukan mahramnya..
Jilbab-jilbab cantik yang terkembang, menutupi auratnya.
Sedang saya..
Ahh saya maluu
Kerudung yang terkadang belum sempurna..
Kaus kaki yang terkadang malas untuk dipakai..
Pakaian yang masih belum syar’i
Belum lagi isi hatinya..
Masih kotor
Belum lagi pemahaman agamanya
Masih sangat dangkal
Belum lagi akhlaknya
Masih jauh dari kata baik.
Tetiba hati saya serasa hancur...
Malu dengan diri sendiri
Ingin dapatkan ikhwan yang sholeh tapi diri sendirinya belum sholehah..
Inginkan segera menikah tetapi ketika ditanya sejauh mana pengetahuannya tentang munakahat saya “ngahuleng”..
Tetiba saya jadi ingat dengan seorang ihkwat yang dulu saya pernah bertaaruf dengannya. Sekarang saya sadar kenapa ia memutuskan untuk tidak melanjutkan.. ahhh kalau ingat itu pedih bangggg.
Ya..
Hati saya terasa perih. Kenapa saya masih jalan di tempat sedang yang lainnya sudah jauh bergegas.
Hijrah itu sebenarnya perkara mudah bukan. Kenapa istiqomahnya sangat sulit.

Komentar

Popular Posts