Namanya Sakti Mandra Guna

Tangan kasarnya memegang erat tanganku, ia membawaku berlari kencang hingga nafasku seperti akan habis, peluh keringat tak terhitung sudah. Nafasku terengah-engah.
“Ayo berlari cepat, mereka dapat dengan mudah menangkap kita.”
“Sialan! Mereka mengejarmu, bukan mengejarku.”
“Kau sudah terlibat Nona, jadi mari terus berlari.”
Ku tengok ke belakang, mereka masih tetap mengejar. Bukankah mereka bodoh. Kenapa tak mereka teriaki kami maling saja. Orang-orang otomatis akan bersimpatik. Jika aku jadi mereka akan ku lakukan cara itu. Itu akan lebih memudahkan.
“Hey, berhenti!”
Ku lepaskan genggaman tangannya ditanganku. Wajahnya menyiratkan tanda tanya, sedang pria-pria di belakang sana sudah akan siap menghampiri mangsanya. Ku tengok lampu lalu lintas di persimpangan jalan. Sebentar lagi ku taksir lampunya akan hijau. Akan ada dua kemungkinan, berhasil dan gagal. Kemungkinan terburuk adalah aku dan pria ini akan mati tertabrak. Hidup adalah pilihan, dan kau harus memilih.
“Jika soal melarikan diri, kau harusnya ikut caraku.” Ku tarik tangannya dan bergegas berlari ke arah jalan. Perkiraanku benar, lampu berganti hijau. Dari arah kanan kendaraan dengan tak sabar melaju tepat lampu berganti segera aku berlari, mempertaruhkan nyawa menembus kendaraan-kendaraan itu. klakson mereka berbunyi, tak ayal beberapa dari mereka meneriaki dan memaki. Ada yang mengerem mendadak hingga kendaraan di belakangnya menabrak. Tak terelakan lagi, jalanan menjadi kacau hanya karena ulah penyebrang jalan yang sembrono.
Ku lihat dari seberang, para pria itu tak punya cukup nyali untuk melakukan hal yang tadi ku lakukan. Pria di sampingku membungkuk memegang lututnya, melirik ke arahku dan menyeringai.
“Wonder woman. Kakiku sampai bergetar!” Katanya lalu tertawa terbahak.
“Cepatlah, dan jangan pipis di celana karenatadi kau ketakukan ketika ku ajak menyebrang sembarangan. Sebelum lampu ini kembali merah, ayo cepat bergegas!”
Dia masih tertawa terbahak, ku raih tangannya dan segera berlari kembali. Entah kenapa, aku jadi larut dengan permainan ini. Aku penasaran, bagaimana akhirnya. Bisa saja ku tinggalkan pria ini karena situasi sudah mulai aman tapi tidak. Aku ingin tahu cerita dari permainan ini.
“Emm satu kamar untuk satu malam ini saja.”
Resepsionis muda itu menyerahkan kunci  setelah ku bayar uang sewa dimuka. Kami lalu naik menyusuri tangga menuju lantai dua. Saat berlari, aku melihat sebuah hotel dengan bangunan tuanya.  Hotel ini lebih mirip dengan hotel melati, hotel murahan untuk para muda-mudi yang tak berotak. Mau bagaimana lagi, aku butuh tempat bersembunyi. Bisa saja mereka masih mencari kami, dan bersembunyi di hotel ku kira tak akan sampai pikiran mereka untuk mencari kami ke sini.
Gemuruh hujan terdengar memenuhi ruangan tempatku  sekarang berdiri di balik jendela kamarnya. Bandung di malam hari, terlihat indah dengan gemerlap lampu-lampu. Sedikit sepi dengan kendaraan yang berlalu-lalang. Padahal ini malam minggu. Mungkin karena derasnya hujan, orang lebih suka berada di tempat yang nyaman untuk berteduh. Biasanya sangat ramai. Sebagian dipenuhi wisatawan luar kota atau negeri tetangga. Tak jarang para pelancong berambut pirang, berkulit pucat, atau bermata sipit dengan bahasa yang tak kau mengerti pun dapat banyak kau temui.
Satu jam lebih aku terjebak di ruangan ini, bersama pria yang tak ku kenal. Tak ada percakapan, hanya hening dan suara bulir-bulir hujan melewati kaca jendela tua. Dia duduk di tepi tempat tidur, sesekali menatap ke arahku. Memainkan jam tangan hitamnya. Sesekali ia pun memainkan rambutnya, menatap matanya jauh ke depan. Entah apa yang sedang dipikirkannya.
“Setelah hujan reda, ku antar kau pulang. Nona, siapa namamu?”
Suaranya memecahkan hening. Aku menoleh ke arahnya. Aku merasa dia menjadi pria yang berbeda. Bukankah tadi dia seperti seorang yang mempunyai komando. Seenak jidat membawaku ke lingkaran masalahnya.  Malam ini ku saksikan wajah yang polos dan penuh pemikiran. Tuhan, apa mungkin dia menjadi terpana dengan aksiku tadi, aku tersenyum dalam hati.
“Kita tak akan pulang sekarang. Situasinya bisa saja masih sulit. Pria-pria itu bisa saja masih berkeliaran dijalan.”
“Karena aku yang membayar sewa kamarnya, jadi aku yang tidur di kasur empuk ini. Ingat! Hanya aku yang tidur disini, kau jangan macam-macam!
Dia tersenyum dan mengangkuk.
“Kalaupun aku yang bayar sewanya, kau tak boleh tidur jika bukan di kasur itu Nona. Aku akan tidur dibawah. Tenang saja, aku bukan pria brengsek. Bisa kau mintakan satu selimut lagi untukku?”
Ia berbaring di bawah setelah pelayan hotel mengantarkan satu selimut untuk kami. Tak banyak pertanyaan dari pelayan itu, setelah ku berikan sedikit tips untuknya. Aku tak bisa tidur, dan tak akan dapat memejamkan mataku untuk betemu mimpi. Bagaimana aku dapat tidur, sedang ada pria yang tak ku kenal berada satu ruangan denganku. Kau tahu? Tak ada yang dapat kau percayai di dunia ini, Selain Tuhanmu.
Sesekali ku tengok ke bawah, pria itu sudah tertidur pulas. Menatap langit-langit kamar. Sekarang benar-benar hening. Hujan telah berhenti, hanya dengusan nafas pria itu yang terdengar. Aku baru teringat Barry. Ya Tuhan, kenapa aku terlalu sibuk dengan situasi ini sampai-sampai aku lupa dengan Barry. Ia pasti sangat khawatir.
Ku buka slim bag ku, merongoh ponsel dan benar saja puluhan panggilan tak terjawab dan pesan dari Barry. Ta mungkin aku ceritakan apa yang terjadi saat ini. Ku putuskan untuk mengirimnya pesan bahwa aku baik. Segera kumatikan ponselku, aku tahu persis sifatnya. Setelah mendapatkan balasan pesan dariku ia pasti akan segera menelpon dan aku tak punya cukup kebohongan untuk memberikan penjelasan kepadanya.
“Selamat pagi.”
Pria itu menyodorkan segelas susu kepadaku. Entah jam berapa akhirnya aku terlelap. Ku lirik jam yang menempel di dinding kamar, jam tujuh tepat. Beruntung aku sedang ada halangan, hampir saja aku merasa sangat berdosa karena tak menjalankan shalat. Biasanya aku mengatur alarm di ponsel takut-takut jika bangun kesiangan.
“Kau tidak macam-macam kan?”
“Mmm sebelumnya aku sempat macam-macam.”
Hampir saja bola mataku keluar mendengar jawabannya seketika ia melanjutkan kalimatnya.
“Ehh tunggu dulu. Jam 4 pagi ponselmu berdering, lalu ku lihat. Ternyata alarm. Lalu kumatikan kembali. Dan aku tak membangunkanmu. Ku lihat ada pembalut di sana.” Ia tersenyum geli
“Brengsek!” ku lempar bantal ke wajahnya.
“Ini minumlah. Tenang saja, tak ada campuran apapun di dalamnya.”
Pukul delapan lebih dua puluh menit. Kami sekarang sudah di luar hotel. Para angkutan umum saling menawarkan jasanya. Menawari untuk naik, ku gelengkan kepala. Pria berkulit cokelat, matanya lebar dan tajam. Aku masih belum tahu namanya, dan kenapa aku terjebak dengan cerita yang dibuatnya.
“Nona, jadi siapa namamu?”
“Tidakkah kau ingin menceritakan kronologis kenapa mereka mengejarmu?”
“Tidakkah kau juga ingin tahu namaku, Nona?”
“Aku lebih penasaran dengan ceritanya.”
“kau harus lebih penasaran untuk tahu siapa namaku dan alamat rumahku atau nomor teleponku. Bukankah kau harus menerimauang ganti rugimu, untuk sewa hotel ini. Aku tipe pria yang tidak ingin dibayari wanita, apalagi dengan wanita yang baru kutemui.”
“Lupakan saja. Anggap saja aku tak penasaran lagi. Selamat tinggal. Semoga kita tak bertemu lagi.”
Aku hendak berbalik sebelum ia berkata kembali. Langkahku terhenti, ponselku berdering.
“Sakti. Itu namaku, kau harus mengingatnya Nona.”
Pria itu tersenyum, sambil berpegang ponsel di telinganya.
“Dan ini nomorku. Jangan tanya bagaimana caraku mendapatkan nomormu. Apa kau masih ingin mendengar ceritanya? Apa kau masih penasaran kenapa mereka mengejarku.”
“Apa nama panjangmu Sakti Mandra Guna?”
Dia terbahak dan mematikan ponselnya. Berjalan meninggalkanku setelah sebelumnya berkata, “Hati-hati dijalan, sebentar lagi kita akan bertemu kembali. Saat itu ku pastikan aku akan tahu namamu.
Bandung sudah ramai meski di hari minggu. Aku punya satu nama baru dikepalaku, Sakti Mandra Guna.

Komentar

  1. Sukses nih cerita membuat penasaran.. Ada lanjutannyakah?

    -Rizka-

    BalasHapus
  2. keren ceritanya... dibagi dong tipsnya biar bisa bikin cerpen hehe..

    Ani -1m1c

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Posts