Mengasuh Anak dengan Cinta dan Logika (Part 2)

Kemarin kita sudah membahas mengenai dua gaya pengasuhan anak. Masih ingat? Hehe. Gaya helikopter dan gaya sersan pelatih. Mana yang lebih efektif? Keduanya tidak efektif sama sekali. Lantas, pengasuhan yang bagaimanakah yang benar? Jawabannya adalah pengasuhan dengan cinta dan logika.

Kita tahu bahwa kita mencintai anak kita. tetapi jangan sampai cinta yang kita miliki itu cinta yang berlebihan. Cinta yang permisif/pasif (semuanya di bolehkan, yang penting anak senang. Orangtua cenderung tidak berani mengungkapkan alasan atau pendapatnya karena takut menyakiti hati anak). Orangtua pun harusnya tidak memiliki cinta yang mentolerir sikap anak yang tidak respek. Dan kebanyakan orang tua tidak memiliki cinta yang cukup kuat untuk membiarkan anak berbuat salah dan menjalani konsekuensi dari kesalahannya (seperti contoh ilustrasi dari pengasuhan helikopter. Orang tua tidak mau jika anaknya harus dihukum).

Mengasuh anak dengan cinta artinya orangtua mempunyai cinta yang cukup untuk membiarkan anaknya sedikit kesulitan dan berbuat salah sehingga anak akan belajar dari kesalahan dan konsekuensi yang didapat dari perbuatannya. Sedangkan mengasuh anak dengan logika artinya orangtua membiarkan anak belajar gagal untuk nantinya bertanggungjawab.
Jadi mulai sekarang, mari kita tanamkan pengasuhan dengan cinta dan logika. Konsep menanamkan pengasuhan dengan cinta dan logika diantaranya sebagai berikut:

1. Tanamkan konsep Agama
“Anak adalah pinjaman dan kita sebagai orangtua akan dimintai pertanggungjawaban nanti. Oleh karena itu asuhlah anak sebaik mungkin. Bayangkan ketika Alloh bertanya kepada kita. Anak yang kutitipkan kepadamu kenapa kau kembalikan dalam keadaan “bonyok” begini.”

Itu adalah kata-kata ibu Dinda yang paling menyentuh bagi saya yang notabene belum menikah. Dibikin nagis bombay ketika beliau menjelaskan pentingnya menjaga anak kita.

Anak adalah titipan, maka dari itu kita harus mengasuhnya dengan baik. Penanaman agama sangat penting dilakukan langsung oleh orang tua.

Agama diajarkan bukan agar anak bisa tetapi agar anak suka. Bahkan menurut beliau, orangtualah yang harus mengajarkan anaknya ketika anaknya baligh, jika anaknyaperempuan orangtua mengajarkan bagaimana caranya bersuci ketika selesai menstruasi, jika anaknya laki-laki berikan pemahaman tentang kenapa ia mimpi basah dan kenapa ia harus “adus” ketika sudah mimpi basah.

Bahkan orangtua wajib memberikan pemahaman seks sejak dini kepada anak. Jangan lagi menganggapnya hal yang tabu untuk dibicarakan. Jelaskanlah tentang rambu-rambu mengenai hal itu. Dengan anak mencintai agamanya sejak dini, tahu aturan di agamanya insyaallah ia akan terbentengi dari hal-hal yang berbau pornografi.

2. Menanamkan konsep tanggungjawab
Berikan pemahaman kepada anak bahwa ia sebagai manusia mempunya tanggungjawab kepada penciptanya yaitu Allah, diri sendiri, keluarga, serta lingkungan tempatnya berada.
Ingat! Ketika mengajarkan tanggungjawab kepada anak, hindari untuk menggunakan kata “tanggungjawab” karena semakin banyak diucapkan akan semakin tidak dilakukan oleh anak. Tanggungjawab itu bukan diajakan, tetapi dicontohkan.

Anak yang bertanggungjawab akan percaya diri,  tumbuh harga dirinya, berprestasi, mandiri, dan menerimakonsekuensi.

3. Menanamkan Konsep diri
Ada tiga konsep diri yaitu: dia merasa dicintai oleh orang-orang disekitarnya, dia yakin dia punya kemampuan, dan dan mampu mengontrol hidupnya.

4. Biarkan anak memilih
Berikan pilihan-pilihan kepada anak. Biarkan anak anda memilih sesuai dengan keinginannya. Tugas anda adalah membantunya untuk memilih pilihan dengan pertimbangan yang masuk akal disertai dengan konsekuensi yang timbul terhadap pilihannya. Contoh kecil misalnya biarkan ia memilih baju yang akan ia pakai, bukan anda yang memilihkannya. Anda cukup memberikan saran kepadanya jika memakai baju yang A misalnya kamu terlihat cantik, jika memakai baju yang B kamu sepertinya kependekan untuknmu.

5. Jangan mengambil alih proses
Ketika anda selalu membantunya utntu mengancingkan baju atau menalikan tali sepatunya dari semenjak TK, anak anda menjadi tidak punya kemampuan untuk melakukan itu semua. Ketika ia masuk SD dia kehilangan harga dirinya karena sudah SD tapi masih belum bisa mengancingkan kancing baju ataupun menalikan sepatunya sendiri.
Biarkan ia belajar dan melakukan kesalahan asal tidak berbahaya. Anda harus belajar sedikit tega dan jangan selalu melindunginya.

Baiklah, itu saja semoga bermanfaat. Sebetulnya masih sangat banyak materi yang disampaikan oleh ibu Dinda. Sayang, kemampuan mengingat saya masih belum bagus dan ada beberapa kalimat yang saya liahat dari beberapa blog untuk menyempurnakan tulisannya. itu saja yang dapat di sampaikan.

Terakhir sebagai kesimpulan, pengasuhan dengan cinta dan logika akan menghasilkan anak yang “matang”, mandiri, bertanggungjawab, dan berani menerima konsekuensi atas pilihannya. Ingat selalu ya Ayah Bunda, anak adalah titipan. Maka dari itu jagalah titipan yang Allah titipkan kepada kita karena Dia akan meminta pertanggungjawabannya.

Komentar

  1. Waaah baguuusss ka , semoga bisa saya terapkan nnti saat saya punya anak hehe

    BalasHapus
  2. Setuju semua sama poin2nya dan (inginnya) selalu bisa praktekkin tiap hari 😊

    Tatat

    BalasHapus
  3. Mau praktekin tapi masih lajang gimana dong Mba 😂😂😂😅😅😅

    Nice sharing btw!
    www.iamandyna.com

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Posts